Dividen adalah laba yang diperoleh
perusahaan untuk dibagikan kepada pemegang saham. Sedangkan kebijakan deviden
merupakan suatu keputusan yang dibuat oleh suatu perusahaan untuk membagi atau
tidak membagi laba dalam bentuk deviden. Tujuan dari kebijakan deviden itu
sendiri adalah menyeimbangkan deviden saat ini dengan pertumbuhan yang akan
datang dan akan meningkatkan pertumbuhan saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi
praktik kebijakan deviden antara lain adalah kesempatan investasi, alternatif
sumber dana, dan pilihan pemegang saham terhadap income saat ini atau yang akan
datang.
Berikut ini tiga asumsi
dasar kebijakan deviden:
1. Kebijakan deviden tidak
relevan (dividend irrelevance theory)
Teori
ini menyebutkan bahwa kebijakan deviden saham tidak mempengaruhi harga saham.
Teori ini di asumsikan bahwa:
1. Tidak ada biaya transaksi
untuk penerbitan saham
2. Tidak ada pajak untuk
perusahaan maupun pribadi
3. Informasi lengkap tentang
perusahaan sudah ada
4. Tidak ada konflik
kepentingan diantara manajemen dan pemegang saham
5. Kesulitan keuangan dan
kebangkrutan tidak ada
Asumsi
tersebut kita dapat menyatakan bahwa tidak ada kebijakan deviden dan harga
saham. Secara agregat investor hanya peduli dengan total investasi, mereka
tidak peduli entah pengembalian tersebut dari capital again maupun dari
pendapatan deviden.
2.
Bird in the Hand Theory
Teori
ini mengatakan bahwa pendapatan deviden bernilai lebih tinggi bagi investor
ketimbang capital again karena dianggap deviden lebih pasti dibanding dengan
capital again. Teori ini sejalan dengan prinsip nilai waktu uang yang
menyebutkan bahwa uang yang diterima hari ini lebih berharga dari pada uang
yang diterima di masa datang. Melihat prinsip tersebut didalam teori Bird in the Hand ini menganggap deviden tunai yang diterima hari
ini dari kebijakan pembayaran perusahaan lebih pasti (kurang beresiko)
dibanding kemungkinan capital again.
3. Tax preference theory
Teori
ini berpandangan tentang pengaruh deviden terhadap harga saham menyatakan bahwa
deviden sebenarnya merugikan investor. Ini didasari ada perbedaan perlakuan
pajak terhadap deviden dan capital again yang telah berubah-ubah. Tujuan
investor adalah memaksimalkan pengembalian setelah pajak terhadap investasi
(meminimumkan pembayaran pajak terhadap pendapatan dan sebisa mungkin menunda
pembayaran pajak). Keunggulan capital again dibandingkan keunggulan deviden
adalah: pajak deviden dibayarkan pada saat penerimaan sdangkan pajak capital
again dibayarkan apabila saham tersebut telah dijual kembali atau (ditunda
sampai penjualan saham tersebut). Maka ketika menyangkut pertimbangan pajak
kebanyakan investor lebih suka menahan pendapatan perusahaan disbanding
pembayaran deviden tunai. Bila laba ditahan dalam perusahaan, harga saham naik,
namun kenaikan itu tidak dikenakan pajak sampai sahamnya dijual. Kesimpulannya,
jika menyangkut pajak kita ingin memaksimalkan pengembalian setelah pajak dan
sebelum pajak.
Contoh perhitungan pendapatan:
Penerimaan deviden = Rp.
60 juta x 8% = Rp. 4.800.000,-
Pembayaran bungan = Rp. 40 juta x 12% = Rp. 4.800.000,-
Pendapatan bersih Rp. 0
Expected capital again =
60% x 60 juta = Rp. 3.600.000,-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar