Menindak
lanjutin sebelumnya “BAB PERSEDIAN” kini akan saya bahas tentang perbedaan dari
metode AVERAGE, FIFO, dan LIFO. Dalam akuntansi persediaan barang bisa dihitung
dalam beberapa metode, dimana metode ini bisa disesuaikan dengan jenis
perusahaan dan juga kepentingan perusahaan. Beberapa metode perhitungan
persediaan yang populer digunakan adalah metode Average, FIFO (First in First
Out), dan LIFO (Last In First Out).
Metode
Average
Metode
average biasa disebut metode rata-rata tertimbang. Metode average membagi
antara biaya barang yang tersedia untuk dijual dengan jumlah unit yang
tersedia. Sehingga persediaan akhir dan beban pokok penjualan dapat dihitung
dengan harga rata-rata. Metode average merupakan titik tengah atau perpaduan
dari metode FIFO dan LIFO. Jadi kelebihan dan kekurangan metode ini berada
diantara metode LIFO dan FIFO.
Contohnya
:
5 Mei Pembeli
16 Mei Pembeli
30 Mei Pembeli
|
Unit
100
75
10 +
185
|
HP/Unit
Rp.100
Rp.110
Rp.120
|
H.Pokok
Rp. 10.000
Rp. 8.250
Rp. 1.200
+
Rp. 19.450
|
|
Harga pokok rata - rata Rp.19.450 = Rp.105,14
185
Persediaan akhir diketahui masih ada = 60 unit
Nilai Persediaan akhir = 60 x Rp.105,14 = Rp.
6.308
|
||||
Menghitung Harga pokok Penjualan:
Persed siap dijual Rp.
19.450
Persed akhir Rp. 6.308 -
Harga Pokok Penj Rp. 13.141
Atau HPP = (185 – 60) x Rp 105,14 = Rp 13.141
|
Metode First In First Out (FIFO)
Seperti
namanya first in first out yang artinya masuk pertama keluar pertama, maka pada
metode ini unit persediaan yang pertama kali masuk ke gudang perusahaan akan
dijual pertama. Metode FIFO ini didasarkan pada asumsi bahwa aliran cost masuk
persediaan harus dipertemukan dengan hasil penjualannya. Sebagai akibatnya,
biaya per unit persediaan yang masuk terakhir dipakai sebagai dasar penentuan
biaya barang yang masih dalam persediaan pada akhir periode (persediaan akhir).
Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode FIFO ini :
- Kelebihan : Nilai persediaan disajikan secara
relevan di laporan posisi keuangan. Dan Menghasilkan laba yang lebih besar.
- Kekurangan : Pajak yang harus dibayarkan perusahaan
ke pemerintah menjadi lebih besar dan Laba yang dihasilkan kurang akurat.
Contoh
soal :
Harga Pokok persediaan akhir :
16 Mei Pembeli
30 Mei Pembeli
|
Unit
50
10 +
60
|
HP/Unit
Rp.110
Rp.120
|
H.Pokok
Rp. 5.500
Rp. 1.200
+
Rp. 6.700
|
|
Perhitungan Harga Pokok Penjualan:
Persediaan tersedia dijual Rp.19.450
Persediaan akhir Rp. 6.700 -
Harga Pokok Penj Rp.
12.750
|
Metode Last In First Out (LIFO)
LIFO
artinya yang masuk terakhir keluar pertama. Metode ini mengasumsikan unit
persediaan yang dibeli pertama akan dikeluarkan di akhir. Artinya, unit yang
dijual pertama adalah unit persediaan yang terakhir masuk ke gudang. Jadi
biasanya persediaan akhir barang dagangan akan dinilai dengan nilai perolehan
persediaan yang pertama atau awal masuk. Metode biaya persediaan LIFO ini
didasarkan pada asumsi bahwa aliran keluar biaya persediaan merupakan kebalikan
dari kronologi terjadinya biaya. Pada metode ini, harga beli terakhir
dibebankan ke operasi dalam periode kenaikan harga (inflasi), sehingga laba
yang dihasilkan akan kecil dan pajak yang terutang juga menjadi lebih kecil.
Namun, berdasarkan PSAK 14 metode LIFO tidak boleh digunakan lagi. Berikut
kelebihan dan kekurangan metode LIFO.
- Kelebihan : Mudah membandingkan cost saat ini dengan
pendapatan sekarang, Apabila harga naik maka harga barang jadi konservatif,
Laba operasional tidak terpengaruh oleh untung atau rugi dari fluktuasi harga,
dan Menghemat pajak.
- Kekurangan : Bertolak belakang dengan aliran fisik
persediaan sesungguhnya, Biaya pembukuan menjadi mahal karena metode ini lebih
rumit, dan Laba atau rugi yang dihasilkan lebih rendah.
Contohnya
:
5 Mei
Pembeli
|
Unit
60
|
HP/Unit
Rp.100
|
H.Pokok
Rp. 6.000
|
|
Perhitungan Harga Pokok Penjualan:
Persediaan tersedia dijual Rp.19.450
Persediaan akhir Rp. 6.000 -
Harga Pokok Penj Rp.13.450
|
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar